Ayah,
Sudah 49 hari lamanya engkau tiada bersama kami...
Ayah,
Setiap hari, sukar buatku untuk melenyapkan wajahmu walaupun buat seketika
Wajahmu sentiasa dihatiku...
Setelah pemergianmu, aku hilang kekuatan. Aku cuba bangkit. Bangun dari mimpi yang memanjang
Ayah,
Cubaku untuk merealisasikan semua cita dan impianmu...
Menjadi anak yang Solehah dipandangan Allah
Ayah,
Aku sentiasa inginkan yang terbaik buat diriku
bahkan Agamaku
Aku cuba memperbaiki akhlakku ayah
Kerna semenjak ketiadaan engkau
Aku sering mengeluh
Aku kerap mengalirkan air mata
Aku tidak bisa menerima hakikat bahawa engkau sudah tiada
Ayah...
Kini anakmu bersedia
Anakmu ini ingin mencontohi istri-istri Rasulullah SAW
Kerna
Bagiku,
Hanya dengan pemakaian furdah
aku bisa menjaga akhlakku
Agar aku kenal diri
dan sentiasa berjaga-jaga atas setiap perbuatan...
Ayah,
Bibirku ini tidak lekang dari mendoakan kesejahteraanmu...
Ayah,
Semoga kita berjumpa di Syurga kelak...
InsyaAllah...
*Ayah tercinta telah kembali kerahmatullah pada hari Selasa, bersamaan 1 Februari 2011 .
Hanya Allah shj yang tahu, betapa aku merasakan kehilangan yang teramat sangat..
Semoga rohnya dicucuri Rahmat dari yang Maha Esa... Amin. Al-Fatihah!
WeLcOmE tO mY bLoG....^_^
Dengan Nama ALLAH yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
CinTa ILAHI
Pelajarilah ILMU, KERANA - Mempelajarinya kita akan takut kepada ALLAH - Menuntutnya adalah ibadah - Membincangkannya adalah bertasbih - Mencarinya adalah jihad - Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedekah - Memberikannya kepada ahlinya adalah mendekatkan dirinya kepada ALLAH..
Selasa, 15 Mac 2011
Rabu, 5 Januari 2011
Lukamu HEBRON
HEBRON 25 FEBRUARI 1994 ...
Ketika pagi yang sangat dingin menyelubungi keheningan dan kesyahduan . Namun itu tidak menghalang suami dan tiga anak lelakiku menuju ke masjid ibrahim untuk solat subuh berjamaah . Sejam setelah pemergian mereka , bumi Palestin bergoncang kabut duka . Desingan ratusan peluru meluncur tanpa henti , diiringi lengkingan-lengkingan keras menyayat hati . Lengkingan keras itu kemudian melemah menjadi ratap , desah ... dan akhirnya hanya sunyi yang tersisa . Menjelang fajar merekah , kulangkahkan kaki menuju masjid Ibrahim . Innalillah .... Kulihat tubuh-tubuh bergelimpangan di lantai . Permaidani hijau muda tempat sujud telah kuyup dan berubah menjadi warna merah oleh genangan darah . Kepalaku mendadak pening , penat menyaksikan dan meratapi darah segar yang membanjir . Dengan tubuh gementar aku masuk ke dalam masjid untuk mencari tubuh orang-orang tersayang . Namun, baru aku mengorak tiga langkah , tubuhku terasa terawang-awang dan bergetar hebat .
* * * * *
Ketika siang telah menampakkan benderangannya . Aku dapati diriku terbaring di ranjang dan dikelilingi wanita-wanita jiran tetanggaku . "Ummu Ahmad , alhamdulillah kau telah sedar semula . Tadi hafidz yang membawa ummi ke sini dalam keadaan pengsan," Ucap Ummu hafidz menjelaskan .
"Berapa yang syahid di masjid ibrahim , wahai saudaraku?" Soalan pertama yang keluar dari kerongkongku . Soalan yang diiringi dengan hati penuh haru biru dan ingin tahu . "Sembilan puluh enam orang syahid . Tiga ratus orang luka parah ." jawab mereka serentak . "Bersyukur dan bersabrlah ummu Ahmad , empat orang yang kau cintai termasuk yang menjadi syuhada' ." Ummu Hafidz menyampaikan khabar itu sebelum aku sempat bertanya .
"Dug ...." jantungku seperti dihentak dengan hentakan yang dahsyat . Rasa pilu dan sayu memenuhi ruang hatiku . Rasanya terlalu gelap alam ini menjalani hidup tanpa kehadiran satu pun orang tercinta yang tersisa . Berita ini benar-benar terlalu mendadak dan menyentak . Dalam dada ini beradu antara haru , pilu dan geram .
"Ummu Ahmad, kehilangan orang-orang tercinta di negeri ini sudah menjadi suatu kelaziman : Kita di sini semuanya senasib . Setiap hari , setiap jam , dan minit sentiasa mencium bau kematian mengintai di mana-mana . Dan mungkin esok atau lusa bau kematian itu menghampiri kita . Maka dari itu tidak guna sedih berpanjangan disebabkan kematian . Kita masih punya tugas mulia sebelum bau kematian menjemput kita . Ya, kita punya tugas untuk berjihad membunuh yahudi keparat dengan sisa-sisa umur kita ... Agar kematian kita menjadi suatu yang lebih bererti . " Ucapan Ummu Hafidz penuh gelora semangat . Allahuakbar!
"Benar sekali ucapanmu saudaraku . Kita jangan membuang waktu menjadi percuma . Kita masih punya sedikit sisa usia dan waktu untuk mengenyahkan monyet-monyet itu di bumi Palestin . Mari kita berjihad semampu kita . " Ummu Ahmad kemudian memperkukuhkan laungan Ummu Hafidz . "Untuk itu saudara-saudaraku, mari kita berbai'ah (berjanji setia) untuk bersam-sama memusnahkan para perompak tanah Palestin " Lanjut Ummu Ahmad sambil mengacungkan tangannya . Allahuakbar! Sementara tangan-tangan renta lainnya dengan tangkas lantas berikrar untuk berjihad, lapan nenek janda itu kemudian menyusun strategi melakukan serangan balas .
Al-Khalil suatu petang, 4 mac 1994 ...
Ummu Ahmad dan kawan-kawan sibuk menyusun atur sekelompok pasukan kecil berusia antara 6-8 tahun . Kanak-kanak kecil yang berjumlah lima belas orang itu ditugaskan menuju ke perkampunagn di pinggir Gaza, perkampungan Yahudi keparat yang telah dipastikan melakukan pembunuhan di Masjid Ibrahim . Menurut maklumat yang diterima dari HAMAS, sebahagian besar penduduk di daerah tersebut menyokong syaitan Goldstein .
Selepas isyak pasukan kecil itu mula beroperasi . Mereka dibekalkan dengan hembusan-hembusan doa, pisau-pisau tajam, berkarung-karung tikus dan kucing . Atas kehendak Allah tikus-tikus dan kucing itu tidak banyak karenahnya . Binatang-binatang itu seolah-olah tahu mereka sedang jalankan sebuah tugas mulia - jihad fisabilillah .
Tepat pukul 11 malam pasukan kecil itu tiba di pinggiran Gaza, kanak-kanak kecil yang sudah terlatih itu segera bertebaran menyelinap masuk ke kawasan rumah-rumah orang yahudi . Setiap anak mendapat tugak menyelinap masuk empat buah rumah orang yahudi .
Ketika pagi yang sangat dingin menyelubungi keheningan dan kesyahduan . Namun itu tidak menghalang suami dan tiga anak lelakiku menuju ke masjid ibrahim untuk solat subuh berjamaah . Sejam setelah pemergian mereka , bumi Palestin bergoncang kabut duka . Desingan ratusan peluru meluncur tanpa henti , diiringi lengkingan-lengkingan keras menyayat hati . Lengkingan keras itu kemudian melemah menjadi ratap , desah ... dan akhirnya hanya sunyi yang tersisa . Menjelang fajar merekah , kulangkahkan kaki menuju masjid Ibrahim . Innalillah .... Kulihat tubuh-tubuh bergelimpangan di lantai . Permaidani hijau muda tempat sujud telah kuyup dan berubah menjadi warna merah oleh genangan darah . Kepalaku mendadak pening , penat menyaksikan dan meratapi darah segar yang membanjir . Dengan tubuh gementar aku masuk ke dalam masjid untuk mencari tubuh orang-orang tersayang . Namun, baru aku mengorak tiga langkah , tubuhku terasa terawang-awang dan bergetar hebat .
* * * * *
Ketika siang telah menampakkan benderangannya . Aku dapati diriku terbaring di ranjang dan dikelilingi wanita-wanita jiran tetanggaku . "Ummu Ahmad , alhamdulillah kau telah sedar semula . Tadi hafidz yang membawa ummi ke sini dalam keadaan pengsan," Ucap Ummu hafidz menjelaskan .
"Berapa yang syahid di masjid ibrahim , wahai saudaraku?" Soalan pertama yang keluar dari kerongkongku . Soalan yang diiringi dengan hati penuh haru biru dan ingin tahu . "Sembilan puluh enam orang syahid . Tiga ratus orang luka parah ." jawab mereka serentak . "Bersyukur dan bersabrlah ummu Ahmad , empat orang yang kau cintai termasuk yang menjadi syuhada' ." Ummu Hafidz menyampaikan khabar itu sebelum aku sempat bertanya .
"Dug ...." jantungku seperti dihentak dengan hentakan yang dahsyat . Rasa pilu dan sayu memenuhi ruang hatiku . Rasanya terlalu gelap alam ini menjalani hidup tanpa kehadiran satu pun orang tercinta yang tersisa . Berita ini benar-benar terlalu mendadak dan menyentak . Dalam dada ini beradu antara haru , pilu dan geram .
"Ummu Ahmad, kehilangan orang-orang tercinta di negeri ini sudah menjadi suatu kelaziman : Kita di sini semuanya senasib . Setiap hari , setiap jam , dan minit sentiasa mencium bau kematian mengintai di mana-mana . Dan mungkin esok atau lusa bau kematian itu menghampiri kita . Maka dari itu tidak guna sedih berpanjangan disebabkan kematian . Kita masih punya tugas mulia sebelum bau kematian menjemput kita . Ya, kita punya tugas untuk berjihad membunuh yahudi keparat dengan sisa-sisa umur kita ... Agar kematian kita menjadi suatu yang lebih bererti . " Ucapan Ummu Hafidz penuh gelora semangat . Allahuakbar!
"Benar sekali ucapanmu saudaraku . Kita jangan membuang waktu menjadi percuma . Kita masih punya sedikit sisa usia dan waktu untuk mengenyahkan monyet-monyet itu di bumi Palestin . Mari kita berjihad semampu kita . " Ummu Ahmad kemudian memperkukuhkan laungan Ummu Hafidz . "Untuk itu saudara-saudaraku, mari kita berbai'ah (berjanji setia) untuk bersam-sama memusnahkan para perompak tanah Palestin " Lanjut Ummu Ahmad sambil mengacungkan tangannya . Allahuakbar! Sementara tangan-tangan renta lainnya dengan tangkas lantas berikrar untuk berjihad, lapan nenek janda itu kemudian menyusun strategi melakukan serangan balas .
Al-Khalil suatu petang, 4 mac 1994 ...
Ummu Ahmad dan kawan-kawan sibuk menyusun atur sekelompok pasukan kecil berusia antara 6-8 tahun . Kanak-kanak kecil yang berjumlah lima belas orang itu ditugaskan menuju ke perkampunagn di pinggir Gaza, perkampungan Yahudi keparat yang telah dipastikan melakukan pembunuhan di Masjid Ibrahim . Menurut maklumat yang diterima dari HAMAS, sebahagian besar penduduk di daerah tersebut menyokong syaitan Goldstein .
Selepas isyak pasukan kecil itu mula beroperasi . Mereka dibekalkan dengan hembusan-hembusan doa, pisau-pisau tajam, berkarung-karung tikus dan kucing . Atas kehendak Allah tikus-tikus dan kucing itu tidak banyak karenahnya . Binatang-binatang itu seolah-olah tahu mereka sedang jalankan sebuah tugas mulia - jihad fisabilillah .
Tepat pukul 11 malam pasukan kecil itu tiba di pinggiran Gaza, kanak-kanak kecil yang sudah terlatih itu segera bertebaran menyelinap masuk ke kawasan rumah-rumah orang yahudi . Setiap anak mendapat tugak menyelinap masuk empat buah rumah orang yahudi .
Lukamu HEBRON - sambungan...
Tepat pukul 11 malam pasukan kecil itu tiba di pinggiran Gaza, kanak-kanak kecil yang sudah terlatih itu segera menyelinap ke kawasan rumah-rumah orang Yahudi. Setiap anak mendapat tugas menyelinap masuk empat buah rumah orang Yahudi. Dengan lincah mereka mengumpil setiap pintu dapur rumah Yahudi dengan pisau tajam lalu melepaskan tikus-tikus dan kucing-kucing ke dalamnya. Tidak lama setelah itu perkampungan Yahudi tiba-tiba gempar. Hampir seluruh penghuni rumah keluar kerana rumah-rumah mereka dihuru-harakan oleh pasukan tikus dan kucing yang tiba-tiba menyusup masuk dan mengamuk.
Dalam kepanikan dan kebingungan terdengar suara kanak-kanak membunyikan loceng dan berteriak “Bahaya….bahaya….bahaya…..! Segera berkumpul di tanah lapang.”
Seperti terpulau seluruh penghuni perkampungan terus berlari mengikuti rombongan kanak-kanak itu tanpa berfikir panjang. Tanah lapang itu dalam sekelip amata telah dipenuhi dengan seisi kampong. Kanak-kanak kecil yang berjumlah 15 orang tadi dengan pantas namun berhati-hati keluar dari tanah lapang dari berbagai sudut kemudian dengan pergerakan yang sangat cepat disertai dengan teriakan takbir “Allahuakhbar!” mereka melemparkan berpuluh-puluh benda sebesar telur ke tengah tanah lapang. “Bumm….duar! bummmm…….duarrrrrrrr! buuuummmm…..buuummmm….duuaarrr!!! Suara bom membahana di udara ditingkah hiruk pikuk, jerit tangis dan darah yang menjelaga kehitaman.
Sementara kanak-kanak kecil yang telah berhasil memikul tugas mulia itu bergerak cepat menghilang dan kelamnya malam. Senyuman yang merekah dan mata penuh sinar dibawa pulang ke rumah, kerana dapat menghanguskan persembunyian Goldstein si pembunuh berdarah dingin.
Esoknya 5 Mac 1994…
Pemimpin penduduk Palestin bingung dan pening. Awal pagi lagi dia telah mendapat panggilan dari Tuan besarnya Yitzak Robin. Ternyata bos besarnya amat marah atas kejadian semalam. Bo situ memerintahkan penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang HAMAS yang mendalangi pembantaian diperkampungan Yahudi. Kalau dia dan konco-konconya gagal, nescaya dia akan menerima hukuman habis-habisan. Polis Palestin hilir mudik di Hebron. Mereka memasuki dan menggeledah rumah-rumah penduduk kemudian menyeret orang-orang yang dicurigai dinaikkan ke trak tahanan. Seluruh trak itu hamper sedak dipenuhi oleh anak-anak muda dan wanita. Maklumat yang diterima menunjukkan pembantaian itu dilakukan oleh kanak-kanak. Maka Rabin pun memerintahkan untuk menangkap seluruh kanak-kanak di Hebron. Berpuluh-puluh mujahid kecil Palestin itu akhirnya menjadi penghuni kem-kem tahanan Yahudi.
Dalam kem tahanan, kanak-kanak kecil bermata bening mendapat layanan teramat keji, anjing-anjing Yahudi memuntahkan dendam dan kebencian yang tiada tara pada tubuh-tubuh kecil itu. Mereka meretakkan tuluang-tulang kaki dan lengan anak-anak itu sambil tertawa berderai. Mereka puas, menyaksikan sebahagian generasi muda Palestin mengalami kelumpuhan. Puas hati bangsat-bangsat itu mendengar rintihan pilu dari mulut-mulut mugil itu. “Rasakan pembalasan kami, hai kanak-kanak kecil dungu” Ucap mereka penuh keangkuhan.
Ummu Ahmad yang turut tertangkap di kem Yahudi tidak tahan menyaksikan semua itu. Mata wanita tua itu merah menyala penuh amarah, kaki tuanya dengan tangkas menendang muka polis Palestin yang mampu beridam diri menyaksikan anak-anak negerinya dibantai.
“Hoi…anjing dungu! Kamu semua ini benar-benar memang sudah kafir, kamu bawa kami ke sarang anjing-anjing gila. Padahal kami ini saudara sebangsamu. Mengapa kamu semua begitu patuh pada monyet-monyet Israel itu?!” Teriak Ummu Ahmad memenuhi seluruh ruangan.
Melihat ada wanita tua yang mengamuk, askar Israel yang sedang membatai kanak-kanak, kini beralih sasaran. Mereka beramai-ramai menyeksa Ummu Ahmad. Seluruh sendi tulang wanita itu mereka patah remukkan dengan bedilan-bedilan mereka. Mereka semakin buas dan marah ketika mulut Ummu Ahmad tidak juga mengeluarkan desah kesakitan. Penyiksaan mereka berhenti ketika tubuh tua itu roboh dengan tulang-tulang putih menyembul di seluruh persendian tubuhnya.
Seluruh anak-anak dalam kem menangis pilu menyaksikan penyiksaan yang ditimpakan pada nenek sekaligus komandan jihad mereka. Sementara, polis-polis Palestin yang menjadi suruhan dan hamba Yahudi hanya berdiam diri kemudian pergi meninggalkan kem neraka dunia itu.
“Ketika laras senapang menghancurkan tulang-tulang.
Ketika timah panas melenyapkan kesedaran.
Sedang buat apakah kamu semua kamu Muslimin…???
Ada dimanakah kamu semua kaum Muslimin…???
*Sebahagian cerita, dipetik dari Pa1estina Nasibmu Kini. (Qanita Mumtahanah)
>Rujukan Generasi Pewaris Mihwar Rabiul Awal 1421 Bil.3
Dalam kepanikan dan kebingungan terdengar suara kanak-kanak membunyikan loceng dan berteriak “Bahaya….bahaya….bahaya…..! Segera berkumpul di tanah lapang.”
Seperti terpulau seluruh penghuni perkampungan terus berlari mengikuti rombongan kanak-kanak itu tanpa berfikir panjang. Tanah lapang itu dalam sekelip amata telah dipenuhi dengan seisi kampong. Kanak-kanak kecil yang berjumlah 15 orang tadi dengan pantas namun berhati-hati keluar dari tanah lapang dari berbagai sudut kemudian dengan pergerakan yang sangat cepat disertai dengan teriakan takbir “Allahuakhbar!” mereka melemparkan berpuluh-puluh benda sebesar telur ke tengah tanah lapang. “Bumm….duar! bummmm…….duarrrrrrrr! buuuummmm…..buuummmm….duuaarrr!!! Suara bom membahana di udara ditingkah hiruk pikuk, jerit tangis dan darah yang menjelaga kehitaman.
Sementara kanak-kanak kecil yang telah berhasil memikul tugas mulia itu bergerak cepat menghilang dan kelamnya malam. Senyuman yang merekah dan mata penuh sinar dibawa pulang ke rumah, kerana dapat menghanguskan persembunyian Goldstein si pembunuh berdarah dingin.
Esoknya 5 Mac 1994…
Pemimpin penduduk Palestin bingung dan pening. Awal pagi lagi dia telah mendapat panggilan dari Tuan besarnya Yitzak Robin. Ternyata bos besarnya amat marah atas kejadian semalam. Bo situ memerintahkan penangkapan besar-besaran terhadap orang-orang HAMAS yang mendalangi pembantaian diperkampungan Yahudi. Kalau dia dan konco-konconya gagal, nescaya dia akan menerima hukuman habis-habisan. Polis Palestin hilir mudik di Hebron. Mereka memasuki dan menggeledah rumah-rumah penduduk kemudian menyeret orang-orang yang dicurigai dinaikkan ke trak tahanan. Seluruh trak itu hamper sedak dipenuhi oleh anak-anak muda dan wanita. Maklumat yang diterima menunjukkan pembantaian itu dilakukan oleh kanak-kanak. Maka Rabin pun memerintahkan untuk menangkap seluruh kanak-kanak di Hebron. Berpuluh-puluh mujahid kecil Palestin itu akhirnya menjadi penghuni kem-kem tahanan Yahudi.
Dalam kem tahanan, kanak-kanak kecil bermata bening mendapat layanan teramat keji, anjing-anjing Yahudi memuntahkan dendam dan kebencian yang tiada tara pada tubuh-tubuh kecil itu. Mereka meretakkan tuluang-tulang kaki dan lengan anak-anak itu sambil tertawa berderai. Mereka puas, menyaksikan sebahagian generasi muda Palestin mengalami kelumpuhan. Puas hati bangsat-bangsat itu mendengar rintihan pilu dari mulut-mulut mugil itu. “Rasakan pembalasan kami, hai kanak-kanak kecil dungu” Ucap mereka penuh keangkuhan.
Ummu Ahmad yang turut tertangkap di kem Yahudi tidak tahan menyaksikan semua itu. Mata wanita tua itu merah menyala penuh amarah, kaki tuanya dengan tangkas menendang muka polis Palestin yang mampu beridam diri menyaksikan anak-anak negerinya dibantai.
“Hoi…anjing dungu! Kamu semua ini benar-benar memang sudah kafir, kamu bawa kami ke sarang anjing-anjing gila. Padahal kami ini saudara sebangsamu. Mengapa kamu semua begitu patuh pada monyet-monyet Israel itu?!” Teriak Ummu Ahmad memenuhi seluruh ruangan.
Melihat ada wanita tua yang mengamuk, askar Israel yang sedang membatai kanak-kanak, kini beralih sasaran. Mereka beramai-ramai menyeksa Ummu Ahmad. Seluruh sendi tulang wanita itu mereka patah remukkan dengan bedilan-bedilan mereka. Mereka semakin buas dan marah ketika mulut Ummu Ahmad tidak juga mengeluarkan desah kesakitan. Penyiksaan mereka berhenti ketika tubuh tua itu roboh dengan tulang-tulang putih menyembul di seluruh persendian tubuhnya.
Seluruh anak-anak dalam kem menangis pilu menyaksikan penyiksaan yang ditimpakan pada nenek sekaligus komandan jihad mereka. Sementara, polis-polis Palestin yang menjadi suruhan dan hamba Yahudi hanya berdiam diri kemudian pergi meninggalkan kem neraka dunia itu.
“Ketika laras senapang menghancurkan tulang-tulang.
Ketika timah panas melenyapkan kesedaran.
Sedang buat apakah kamu semua kamu Muslimin…???
Ada dimanakah kamu semua kaum Muslimin…???
*Sebahagian cerita, dipetik dari Pa1estina Nasibmu Kini. (Qanita Mumtahanah)
>Rujukan Generasi Pewaris Mihwar Rabiul Awal 1421 Bil.3
Langgan:
Catatan (Atom)